Sejarah dan Perkembangan SD Cor Jesu
Sejarah berdirinya SD Cor Jesu dimulai pada tahun 1911 menyusul dibukanya sekolah-sekolah dan beberapa macam kursus di Bojong pada tahun 1909. Meskipun situasi politik saat itu tidak menentu, dimana terjadi penjajahan, perang dan tantangan kekurangan pangan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para Suster untuk mempertahankan sekolah ini, karena pendidikan bagi anak-anak harus tetap diutamakan. Berkat perjuangan dan kegigihan para Suster sekolah-sekolah di Bangkong dapat maju dan berkembang dengan pesat. Pada bulan Januari 1940 tercatat beberapa jenis sekolah dan kursus yang ada di Bangkong. Antara lain Frobel School (TK), Lagere School (SD), Javanese School (SD Pribumi), MULO (SMP), Kursus mengetik dan Kursus Steno.
Namun dunia bergolak lagi, perang Dunia ke-2 berkecamuk. Tanggal 8 Desember 1941, para Suster dikejutkan adanya perang diIndonesia. Semua harus bersiap-siap terhadap serangan udara. Gudang dijadikan tempat perlindungan para suster. Ruangan sekolah dijadikan kamar untuk pertolongan pertama. Pada tanggal 19 Maret 1942 atas perintah Jepang sekolah ditutup. Gedung-gedung Susteran dipergunakan untuk perlindungan orang-orang Belanda. Penghuni Camps terus bertambah setiap hari, orang-orang berdesakkan. Sehingga Kapel dijadikan tempat tinggal dan ruang altar ditutup. Bangku-bangku Kapel dirusak untuk tempat tidur ataupun kayu bakar. Keadaan biara dan sekolah diBangkong sudah sangat parah ketika masa pendudukkan Jepang berakhir tahun 1945. Banyak cerita tentang gedung serta barang-barang yang hilang dan rusak akibat perang. Tanggal 18 Januari 1946, tujuh orang dan Suster didatangkan kembali ke Bnagkong dari Candi dengan menggunakan truk utnuk mengururs, membersihkan dan memperbaiki seluruh gedung dan barang-barang yang rusak. 23 Januari para suster sudah bisa menempati loteng untuk kamar tidur dan ruang tamu beralih fungsi menjadi poliklinik. Bulan Pebruari sudah banyak orang menanyakan kapan sekolah dan kursus-kursus bias dimulai lagi dan bulan Maret 1946, kegiatan belajar mengajar di Lagere School (SD).
Pada tanggal 2 Agustus 1948, murid-murid putera kelas 1 dan 2 dipindahkan ke SD St. Yusup yang diasuh oleh Bruder-bruder FIC, sehingga SD Susteran Bangkong masih mempunyai murid putera kelas 3, 4 dan 5 sebanyak 100 murid. 31 Desember 1948 tercatat jumlah murid SD Bangkong sebanyak 380 anak. Tanggal 3 Januari 1950 sekolah dasar mulai dengan setengah hari di SD St. Yusup dan Pandean Lamper, karena renovasi gedung di Bangkong belum selesai. Bulan April 1950 gedung sekolah diduduki oleh TNI sehingga terpaksa sekolah diliburkan. 1 Agustus 1950 sekolah dimulai lagi, tetapi murid-murid harus belajar dihalaman sekolah karena kelas-kelas belum bias digunakan. Berkat perjuangan Pastor Van Beek dan Moeder Overste, gedung sekolah bisa ditinggalkan oleh tentara setelah kira-kira 19 bulan mereka duduki. Karena peraturan pemerintah tidak memperbolehkan nama sekolah menggunakan bahasa Belanda, maka pada tanggal 16 Juli 1952 sekolah di Bangkong menggunakan nama baru antara lain: Sekolah Rakyat Cor Jesu ( d/h De Europese Lagere School ), Sekolah Santo Antonius ( d/h De Javanese Lagere School ), Sekolah Maria Mediatrix ( d/h De Middlellare School ).
Tanggal 8 Maret 1953 Suster Stella Van Der Meer menjadi Kepala Sekolah Rakyat Cor Jesu menggantikan Suster Clementine Van Der Geest yang menjadi Kepala Sekolah SMP Maria Mediatrix. Tanggal 22 Juli 1957 Kepala Sekolah Rakyat Cor Jesu digantikan oleh Suster Mechtildes Soekarni. Lokasi jalan Halmahera disetujui sebagai gedung sekolah Cor Jesu yang baru tanggal 18 April 1958, karena Bangkong akan digunakan untuk perluasan SMA. Beberapa Suster mengunjungi lokasi jalan Halmahera, sedangkan pada tanggal 11 September 1958 pengerjaan pondasi bangunan sekolah. Untuk perpindahan Sekolah Rakyat Cor Jesu dari Bangkong ke jalan Halmahera pada tanggal 30 Mei 1959. Untuk peresmian dan pemberkatan Sekolah Cor Jesu di jalan Halmahera pada tanggal 6 Juni 1959. Murid-murid mengenakan seragam putih dengan balero merah dan topi. Jam 08.00 pagi mereka berbaris beriringan didahului regu pramuka yang memainkan terompet. Pemberkatan dilakukan oleh Pastor Verlaan, yang dihadiri juga antara lain Pastor Schouten dari paroki Gedangan dan paroki Atmodirono serta Bruder dari sekolah St. Yusup, anggota parlemen, Moeder Overste Theophile beserta stafnya, suster-suster dari seluruh semarang dan para orangtua murid. Setelah pemberkatan salib, semua kelas diberkati satu persatu dan mengumandangkan lagu “Veni Creator”. Pesta dimulai dengan pengibaran bendera merah putih dan lagu Indonesia raya.
Pada tanggal 29 Juli 1961 Suster Monica Marceline diangkat menjadi Kepala Sekolah Rakyat Cor Jesu menggantikan Suster Mechtildes Soekarni yang diangkat menjadi Overste di Salatiga. Pemerintah memutuskan mengganti nama Sekolah Rakyat menjadi Sekolah Dasar tanggal 11 Desember 1961, maka Sekolah Rakyat Cor Jesu pun berubah nama menjadi Sekolah Dasar Marsudirini Cor Jesu sampai sekarang.